Penubuhan Empayar Mali

Kerajaan Mandinka di Mali atau Manden telah ada beberapa abad sebelum unifikasi Sundiata sebagai negara kecil di selatan empayar Soninké di Wagadou. Empayar Soninke ini lebih dikenal sebagai empayar Ghana.[10] Wilayah ini terdiri dari pergunungan, sabana, dan hutan yang menyediakan perlindungan dan sumber daya ideal bagi populasi pemburu.[11] Penduduk yang tidak tinggal di pergunungan membentuk negara-kota kecil seperti Toron, Ka-Ba dan Niani. Hampir setiap raja Dinasti Keita menyatakan garis silsilah ditelusuri kembali kepada Bilal bin Rabah,[12] tukang azan dan sahabat Nabi Muhammad. Selama abad pertengahan, terdapat kebiasaan bagi penguasa Kristen dan Muslim untuk merunut garis darah mereka ke figur yang sangat penting dalam sejarah. Meskipun garis silsilah dinasti Keita meragukan, masing-masing para juru pencatat kejadian lisan menyediakan daftar penguasa Keita dari Lawalo (menurut dugaan salah satu dari tujuh anak Bilal yang menetap di Mali) sampai Maghan Kon Fatta (ayah Sundiata Keita).

Provinsi Kangaba

Selama puncak kekuasaan Wagadou, tanah Manden menjadi salah satu provinsinya.[13] Negara-kota Manden di Ka-ba (Kangaba modern) menjadi ibu kota dan nama provinsi ini. Selama awal abad ke-11, raja-raja Mandinka yang disebut dengan gelar faama menguasai Manden dari Ka-ba dalam nama Ghana.[14]

Dua belas kerajaan

Kekuasaan Wagadou terhadap Manden terhalang akibat perang selama 14 tahun melawan Murabitun, orang-orang Muslim yang kebanyakan keturunan Berber dari Afrika Utara. Jendral Murabitun, Abu Bekr menaklukkan dan membumihanguskan ibu kota Wagadou, Kumbi Saleh tahun 1076 dan mengakhiri dominasinya terhadap wilayah ini.[15] Namun, Murabitun tidak dapat mempertahankan wilayah ini, yang dengan cepat direbut kembali oleh Soninké yang telah melemah. Provinsi Kangaba yang bebas dari pengaruh Soninké dan Berber, menyerpih menjadi dua belas kerajaan dengan maghan (berarti pangeran) atau faama sendiri.[16] Manden terbahagi dua dengan wilayah Dodougou di timur laut dan wilayah Kri di barat daya.[17] Kerajaan kecil Niani adalah satu dari beberapa wilayah Kri di Manden.

Penguasa Kaniaga

Kira-kira pada tahun 1140, kerajaan Sosso di Kaniaga, bekas vazal (negara yang berdaulat di bawah negara) Wagadou, mulai menaklukkan wilayah penguasa lamanya. Pada tahun 1180, Sosso bahkan telah menundukkan Wagadou, memaksa Soninké membayar upeti. Pada tahun 1203, raja Sosso, Soumaoro, dari klan Kanté naik takhta dan dilaporkan meneror Manden dengan mencuri wanita dan harta benda baik dari Dodougou dan Kri.[18]

Pangeran Singa

Selama bangkitnya Kaniaga, Sundiata dari klan Keita lahir sekitar tahun 1217. Baginda adalah anak dari faama Niani, Nare Fa (juga diketahui sebagai Maghan Kon Fatta yang berarti pangeran tampan). Ibu Sundiata adalah istri kedua Maghan Kon Fatta, Sogolon Kédjou.[12] Wanita ini adalah orang bungkuk dari negeri Do, selatan Mali. Anak dari pernikahannya menerima nama pertama ibunya (Sogolon) dan nama keluarga ayahnya (Djata). Dalam bahasa sehari-hari Mandinka yang diucapkan dengan cepat, namanya kemudian menjadi Sondjata atau Sundjata.[12] Versi bahasa Inggris nama ini, Sundiata, juga populer.

Maghan Sundiata diramalkan akan menjadi penakluk besar. Orangtuanya takut kerana pangeran tidak memiliki masa kecil yang menjanjikan. Maghan Sundiata, menurut tradisi lisan, tidak dapat berjalan sampai baginda berusia tujuh tahun.[16] Namun, ketika Sundiata dapat menggunakan kakinya, baginda menjadi kuat dan sangat dihormati. Hal ini tidak terjadi sebelum ayahnya meninggal. Meskipun faama Niani berharap untuk menghormati ramalan dan memahkotai Sundiata, anak dari istri pertamanya Sassouma Bérété dimahkotai. Segera anak Sassouma Dankaran Touman mengambil alih takhta, baginda dan ibunya memaksa Sundiata yang kepopulerannya meningkat dibuang bersama dengan ibunya dan dua saudara kandung perempuannya. Sebelum Dankaran Touman dan ibunya dapat menikmati kekuatan mereka yang tidak terhalangi, Raja Soumaoro mencapai Niani dan memaksa Dankaran meninggalkan Kissidougou.[12]

Setelah bertahun-tahun dalam pembuangan, pertama di istana Wagadou dan kemudian di Mema, Sundiata dicari oleh delegasi Niani dan diminta untuk mengalahkan Sosso dan membebaskan kerajaan Manden selamanya.

Pertempuran Kirina

Setelah kembali dengan angkatan bersenjata gabungan Mema, Wagadou, dan semua negara-kota Mandinka yang melawan, Maghan Sundiata memimpin revolusi melawan kerajaan Kaniaga sekitar tahun 1234. Pasukan gabungan Manden utara dan selatan menaklukan angkatan bersenjata Sosso dalam pertempuran Kirina (nantinya dikenal sebagai Krina) kira-kira tahun 1235.[16] Kemenangan ini membuat jatuhnya kerajaan Kaniaga dan bangkitnya empayar Mali. Setelah kemenangan, raja Soumaoro menghilang, dan Mandinka memasuki kota terakhir Sosso. Maghan Sundiata ditetapkan sebagai “faama dari semua faama” dan menerima gelar “Mansa”, yang secara kasar dapat diterjemahkan sebagai maharaja. Pada usia 18 tahun, baginda menerima kekuasaan terhadap seluruh duabelas kerajaan pada persekutuan yang diketahui sebagai Manden Kurufa. Baginda dimahkotai dengan nama Mari Djata dan menjadi maharaja Mandinka pertama.[16]

Organisasi

Manden Kurufa yang didirikan oleh Mari Djata I terdari dari “tiga negara bebas yang bersekutu" di Mali, Mema dan Wagadou ditambah Dua Belas Pintu Mali.[12] Penting untuk diingat bahawa Mali, merujuk pada negara-kota di Niani.

Dua Belas Pintu Mali adalah koalisi wilayah yang ditaklukkan atau wilayah sekutu, kebanyakan di Manden, yang bersumpah setia kepada Sundiata dan keturunannya. Dengan menikamkan tombak mereka ke dalam tanah di depan takhta Sundiata, kedua belas raja melepaskan kerajaannya kepada dinasti Keita.[12] Sebagai imbalan terhadap kesetiaan mereka, mereka diangkat menjadi “farbas”, kombinasi kata-kata Mandinka, "farin" dan "ba" (farin besar).[19] Farin adalah istilah umum untuk komandan utara pada saat itu. Farbas tersebut menguasai kerajaan lama mereka atas nama Mansa dengan mempertahankan sebagian besar wewenang yang mereka pegang sebelum memilih bergabung dengan Manden Kurufa.

Dewan Besar

Dewan Besar atau Gbara akan menjadi badan musyawarah Mandinka sampai runtuhnya Manden Kurufa tahun 1645. Pada pertemuan pertamanya, di Kouroukan Fouga (Divisi Dunia), terdapat 29 delegasi klan diketuai oleh belen-tigui (tuan upacara). Bentuk terakhir Gbara, menurut tradisi Guinea utara yang ada, terdiri aas 32 posisi yang diduduki oleh 28 klan.[20]

Reformasi sosial, ekonomi dan pemerintahan

Kouroukan Fouga juga melakukan reformasi sosial dan politik dengan larangan terhadap penyiksaan tahanan dan budak, memasukkan wanita ke dalam pemerintahan dan menempatkan sistem olok-olok antara klan yang dengan jelas menyatakan siapa yang menyatakan tentang apa pada siapa. Sundiata juga membagi tanah di antara rakyatnya, memastikan semua orang memiliki tempat di empayar dan memperbaiki nilai tukar untuk produk.

Mari Djata I

Mansa Mari Djata mengawasi penaklukan dan penggabungan beberapa tokoh lokal penting di empayar Mali. Ketika kempen perang ini selesai, kerajaannya terbentang jauh 1,000 batu dari timur ke barat dengan perbatasan itu adalah lekukan sungai-sungai Senegal dan Niger.[21] Setelah menyatukan Manden, baginda menambah ladang emas Wangara yang menjadi perbatasan selatan. Kota perdagangan utara Oualata dan Audaghost juga ditaklukkan dan menjadi sebahagian daripada perbatasan utara negara baru. Wagadou dan Mema menjadi sekutu junior pada kerajaan dan sebahagian daripada inti imperium. Wilayah Bambougou, Jalo (Fouta Djallon), dan Kaabu berturut-turut dimasukkan kedalam Mali oleh Fakoli Koroma,[16] Fran Kamara, dan Tiramakhan Traore,[22] .

Rujukan

WikiPedia: Empayar Mali http://64.233.167.104/search?q=cache:lPDmWk42EHkJ:... http://66.218.71.231/language/translation/translat... http://www.fsmitha.com/h3/h15-af.htm http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&... http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=fr&...